TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

15 Desember 2008

Hujan di Leuweung Tiis

Siapa tak kenal kawasan Leuweung Tiis Kabupaten Garut? Jalan penuh tanjakan dan turunan dengan panjang sekitar 1 Km di Kecamatan Leles tersebut memang wajib dilalui pengemudi kendaraan roda dua dan empat saat hendak menuju Kabupaten Garut atau sebaliknya.

Memang ada jalan alternatif melalui kawasan Limbangan, tapi jaraknya jadi cukup jauh dan memutar. Walhasil, bagi pengemudi yang ingin cepat sampai ke Kabupaten Garut, mau tidak mau harus melalui jalur tersebut. Nah, disebut Leuweung Tiis, karena sepanjang jalan, pengemudi kendaraan hanya bisa melihat hamparan hutan lebat tanpa rumah penduduk. Selain itu, cuaca di sana juga dikenal dingin. Jadi nama Leuweung Tiis memang diambil dari fakta yang terasa saat berada di sana yaitu hutan (leuweung) yang dingin (tiis) dan tanpa penghuni atau dalam bahasa sunda tiiseun.

Melintasi kawasan Leuweung Tiis dengan menaiki motor memang sudah menjadi santapan rutinku dalam tujuh bulan terakhir ini, sejak aku pindah tugas dari Kota Bandung ke Kabupaten Garut. Tidak jarang dalam seminggu aku setiap hari melintasi Leuweung Tiis baik siang maupun malam. Semua tergantung mood. Kalau malam memang ingin ke Bandung, aku pasti berangkat. Begitu juga sebaliknya. Dari sekian banyak waktu melintasi kawasan Leuweung Tiis, satu hal yang paling kubenci adalah hujan. Ya, kehujanan di Leuweung Tiis memang repot. Apalagi kalau malam hari. Soalnya, di sana tidak ada satu pun tempat berteduh. Untuk berhenti sejenak dan mengenakan jas hujan juga sulit karena kondisi sekitar yang gelap tanpa lampu penerangan. Ketimbang berhenti di pinggir jalan yang dipenuhi hutan, mendingan jalan terus menembus hujan, meski lebat sekali pun.

Terakhir kehujanan di kawasan Leuweung Tiis saat aku pulang ke Bandung Jumat (12/12) sekitar pukul 20.00 WIB. Tepat di ruas jalan tersebut, hujan lebat tiba-tiba turun. Parahnya lagi, saat itu aku tidak membawa jas hujan. Mau berhenti, tak ada tempat berteduh. Akhirnya, aku meneruskan perjalanan meski harus ditimpa hujan deras. Kondisi ban depan yang gundul membuatku terpaksa menjalankan motor dengan perlahan sehingga hujan terasa sangat lama sebelum akhirnya aku menemukan tempat berteduh. Buntutnya memang fatal. Setibanya di Bandung, dua hari aku terserang flu cukup berat hingga tak bisa pergi ke mana-mana. "Gara-gara kehujanan di Leuweung Tiis, jadi flu. Jangan pernah kehujanan di Leuweung Tiis," ujarku pada seorang teman via YM. "Jangan pernah kehujanan di mana pun," timpalnya.

"Dulu tahun 1960 sampai 1970-an, di kawasan Leuweung Tiis ada legenda jawara yang terkenal dengan sebutan Andi jago tutugan. Wallahualam benar tidaknya," kata Kang Sony, warga Garut yang hampir setiap hari berada di ruang humas. "Legenda itu terkenal di radio-radio lokal di Garut," ujar Kang Sony lagi. Menurut Kang Sony, Leuweung Tiis memang termasuk kawasan yang angker. Dulu, kata Kang Sony, sangat banyak kecelakaan yang terjadi di kawasan tersebut. "Wah, dulu mah banyak bus yang masuk jurang. Jadi, di Leuweung Tiis juga cukup banyak penghuni alam gaib," cerita Kang Sony. Memang, kontur jalan di kawasan Leuweung Tiis, selain menanjak dan menurun juga berliku-liku. Pengemudi kendaraan yang tak hapal betul medan, harus ekstra hati-hati menjalankan kendaraannya.

Kang Sony melanjutkan ceritanya. Menurut dia, tahun 1960-an kawasan Leuweung Tiis sempat hendak dijadikan tempat peristirahatan tapi batal. "Kalau di Bandung seperti Dago Tea House," ujarnya. Dulu, kata dia, tahun 1960-an ada pengusaha terkaya di Kabupaten Garut bernama Ii Hartaji. Pengusaha itulah yang hendak membangun kawasan Leuweung Tiis. "Sok aja lihat di sana, banyak bekas vila kan?" kata Kang Sony. "Sekarang bekas vila itu sudah diisi oleh penghuni alam gaib. Hahaha," ujar tambah Kang Sony. Cerita Kang Sony soal penghuni gaib di kawasan Leuweung Tiis mungkin benar. Kalau tengah malam melintasi jalan tersebut, sepinya memang minta ampun. Kadang-kadang suka merinding juga setiap melihat kiri kanan jalan yang hanya dipenuhi hutan. Hmmm, ternyata masih untung juga cuma kehujanan di Leuweung Tiis. Bayangkan kalau tengah malam melintas di di sana dan tiba-tiba ban motor pecah atau kehabisan bensin? Ah, jangan sampai deh..........

Related Posts by Categories



1 komentar:

asgar mengatakan...

Leweng tiis tu sesudah ci kampek ap a sblum

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Rida Farida, Nyaman setelah Berhijab

Di balik hijab selebritas Indonesia, tersimpan banyak cerita. Ada yang sekadar cari sensasi, tak sedikit mengejar popularitas. Namun, ti...

Standings provided by whatsthescore.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra