Tiga hari lalu, Selasa (22/7), barangkali merupakan hari yang istimewa buat Irwan Rudiawan atau akrab disapa Irwan Kuir. Wartawan RRI yang bertugas di wilayah Kabupaten Garut ini melepas masa lajangnya dengan menikahi Windi Citrani, seorang staf protokol di bagian humas Pemkab Garut. Pernikahan berlangsung sederhana di sebuah rumah di Jalan Perum Cempaka, Kampung Cimasuk Kidul RT 01/09 Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
"Jangan lupa Gin, datang nya," ujar Irwan, seminggu lalu sambil menyampaikan undangan pernikahan di ruang humas Pemkab Garut, tempat mangkalnya teman-teman wartawan Garut. Sebuah undangan ukuran sekitar 20 x 10 Cm dengan nuansa warna hitam putih pun aku terima. Hmmm, undangan yang cukup menarik. Di sebelah kiri depan, terpasang foto Irwan berdua dengan Windi dalam pose serius tapi santai. Sementara di belakang undangan, terdapat pula foto Irwan tengah mewawancarai Windi, layaknya seorang wartawan radio yang sedang berhadapan dengan narasumber. "Insya Allah mang, paling jeung barudak datangna," jawabku sambil memasukkan undangan ke dalam ransel.
Aku memang belum lama mengenal Irwan. Awal menginjakkan kaki di ruang humas Pemkab Garut, ia bahkan jarang sekali mengajakku bicara. Di antara teman-teman wartawan lain, pria kelahiran Garut ini kerap terlihat sibuk sendiri menyiapkan laporan untuk disiarkan di RRI. Kedekatanku dengan Irwan mungkin berawal saat kita menggelar "konser" dangdut di ruang humas Pemkab Garut bersama Indra Trans TV, Aep Priangan, Ukas Radio Reks, dan Irwan Oke. Sebuah "konser" yang kemudian terekam kamera dan di-upload oleh Kemal Tribun Jabar ke dalam situs internet You tube. "Konser" itu oleh Kemal diberi judul "Dangdut Kuir". Aku ingat betul, saat itu dengan suara lantang Irwan bernyanyi dangdut bersama Aep, diiringi alat musik gitar yang sengaja dibawanya dari rumah. Kami pun dibuat tertawa melihat tingkahnya yang konyol. Meski suaranya lebih banyak gak nyambung dengan musik, Irwan tetap pede menyanyikan beberapa lagu dangdut.
Sejak saat itulah, aku dan Irwan mulai akrab. Aku mengenalnya sebagai pribadi yang meledak-ledak. Tak jarang, Irwan kerap berbicara dengan suara keras, meski topik yang dibicarakan biasa saja. Suatu hari, aku mengajak Irwan kembali menggelar "konser" di ruang humas Pemkab Garut. Dengan semangat, Irwan pun menyetujuinya. Tidak hanya gitar yang dibawa, ia juga membawa sebuah keyboard. Seperti biasa, hiburan ala rakyat itu dihadiri personel tetap, minus Irwan Oke. Namun, kali ini konser terasa lengkap lantaran Kemal yang piawai memainakan berbagai jenis alat musik bersedia memainkan keyboard. Hahahahaha, betul-betul malam yang luar biasa. Sebagian ruang humas kami sulap menjadi sebuah arena konser, bahkan mirip sebuah tempat karaoke. Kami bernyanyi hingga pagi. Saat itu, aku tidak menyangka kalau Irwan sebentar lagi ternyata akan menikah dengan Windi.
“Dek ka kawinan si Irwan euy?” tanya Mang Anang, wartawan Priangan saat tiba di ruang humas, Selasa (22/7) pagi. Aku dan Kemal yang baru bangun, mengiyakan pertanyaan Mang Anang. “Bareng nya, urang rame-rame,” seru Mang Anang lagi. Tentu saja, kami berdua memang berniat sama-sama berangkat ke pernikahan Irwan karena belum mengenal betul ruas jalan di Kabupaten Garut. “Siap mang, mending sebelum liputan, biar tenang,” jawabku sambil melontarkan usulan. Kebetulan, pada hari yang sama Kejaksaan Negeri (Kejari) Garut menggelar acara Hari Bhakti Adhyaksa ke 48 di Kantor Kejari Garut. Awalnya aku dan Kemal berniat mengajak teman-teman menghadiri pernikahan Irwan, sebelum liputan di kejaksaan. “Sok atuh siapkeun kado buat Irwan,” Abah Janur Anteve tiba-tiba datang dan memberikan saran. “Urang aya kondom nu ti BKKBN keur hadiah si Irwan. Boga VCD kosong teu? Urang copy film-film bokep,” ajak Abah. Begitulah, lama-lama ruang humas penuh sesak dengan para wartawan yang berkumpul menyiapkan kado buat Irwan. Entah kado apalagi yang akan disiapkan saat itu, yang jelas aku, Kemal, Indra Trans TV, Ibu Niknik Medikom, dan Ukas Radio Reks lantas meninggalkan ruang humas untuk meliput aktivitas pelukis Iwan Ridwan yang kabarnya berencana memecahkan rekor MURI.
Hampir satu jam kami berada di sebuah sanggar lukis milik Iwan Ridwan. Setelah semua data lengkap, kami pun kembali ke ruang humas. Rencananya, kami akan mengajak teman-teman berangkat ke pernikahan Irwan sebelum mendatangi Kejari Garut. Rupanya, teman-teman lain memiliki rencana berbeda. Mereka ternyata sudah ada di Kejari Garut, dan baru akan pergi ke pernikahan Irwan setelah meliput kegiatan Hari Bhakti Adhyaksa. Mau tidak mau, kami pun akhirnya mengikuti kehendak teman-teman lain agar bisa berangkat bersama-sama ke pernikahan Irwan. “Urang mah geus lapar,” ujar Kemal. “Sarua mal,” jawabku. Terbayang sejumlah makanan enak di pernikahan Irwan. “Geus lah, kumaha barudak we,” ujar Kemal. Aku pun mengiyakan. Akhirnya kami memutuskan datang ke Kejari Garut diikuti Indra, Ukas, dan Ibu Niknik.
Acara di Kejari Garut sudah berlangsung sejak pagi. Benar saja, semua wartawan tumplek di lantai III Kantor Kejari Garut. Aku menengok sebuah ruangan di lantai III. Ternyata, ruangan itu adalah tempat makan. Tanpa pikir panjang, aku yang sudah lapar akhirnya mengambil nasi serta lauk-pauknya. Ternyata, teman-teman lain seperti Kemal, Indra, Ibu Niknik, dan Kang Slamet radio Antares juga mengikutiku. “Cepat, Kepala Kejari sudah menunggu di ruangannya,” ajak teman-teman wartawan lain. Baru saja selesai makan dan belum menenggak segelas minuman pun, kami turun dari lantai III menuju ruang Kajari Garut. Wawancara dengan Kajari Garut, Agus Trihandoko didampingi Kasi Intel sudah setengah jalan. Materi yang disampaikan masih berkutat pada persoalan yang sama, yaitu kinerja kejari. Lama-lama, wawancara berubah menjadi arena diskusi yang membosankan. Aku hanya melontarkan satu pertanyaan terakhir sebelum akhirnya pertemuan dengan Kajari Garut usai.
“Ayo, urang ka si Irwan,” ajak Aep Priangan. Sebagian wartawan ternyata sudah berangkat. Kami yang biasa mangkal di ruang humas, berkumpul terlebih dulu di depan Kantor Kejari. Deni wartawan Bandung Raya lantas mencari bungkus kado bersama Ibu Niknik karena ternyata kondom, VCD BF dan barang-barang lainnya yang akan diberikan kepada Irwan sama sekali belum dibungkus. Selesai membungkus kado di depan Kantor Kejari Garut, Deni kemudian meminta teman-teman mengumpulkan uang sebagai angpaw pernikahan Irwan. Lagaknya persis seorang calo stasiun yang sedang mengambil jatah setoran. Uang terkumpul dan kami berangkat dengan menaiki belasan motor, mirip geng motor yang sempat meresahkan warga Jawa Barat. Limabelas menit menyusuri jalan dengan berkonvoi, rombongan pun tiba di Jalan Perum Cempaka, Kampung Cimasuk Kidul RT 01/09 Kecamatan Karangpawitan, tempat pernikahan berlangsung. Sebelum memasuki rumah, kami sempat berfoto di lahan parkir berdebu.
Irwan dan Windi tampak berdiri di pelaminan. Melihat kedatangan kami, Irwan tersenyum dan melambaikan tangan. Satu persatu, kami menyalami Irwan yang tampak sumringah saat itu. Usai berfoto dengan berbagai gaya, Abah Janur memberikan kado istimewa. “Mudah-mudahan bermanfaat,” ujar Abah disambut senyum lebar Irwan. Lantaran sudah makan di Kantor Kejari Garut, rombongan tidak lagi menyantap makanan yang tersedia di pernikahan Irwan. Kami hanya menyantap buah-buahan, dan sedikit minuman sambil menikmati alunan lagu dangdut. Singkat saja kami berada di pernikahan Irwan karena hari sudah mulai menjelang sore. Rombongan pun kembali berangkat setelah sebelumnya pamit kepada Irwan dengan cara melambaikan tangan. Hmm, selamat ya Wan. Terimalah kado istimewa kami sebagai bentuk penghargaan terhadap sebuah pertemanan yang luar biasa.
25 Juli 2008
Sebuah Kado Buat Irwan Kuir
Label: catatan, perjalanan
0 komentar:
Posting Komentar