Akhirnya kutinggalkan juga beranda senja itu. Menghapus semua jejak yang pernah tercatat lebih dari 2.000 hari. Menanggalkan beribu potong kenangan selama tak kurang dari 42.000 jam. Sungguh, bukan aku tak mau menjaga beranda itu lebih lama lagi. Tapi aku sulit menerjemahkan setiap sudut yang ada di ruang beratap tak berdinding itu.
Akhirnya kutinggalkan juga beranda senja itu. Melepaskan mimpi-mimpi yang kerap muncul di sepertiga sisa malam. Melupakan hari-hari menikmati perubahan warna matahari di batas cakrawala. Maaf, bukan maksud menafikkan keindahan senja yang tak pernah ada habisnya. Bukan pula membenci wajah senja yang begitu lembut dan pantas disentuh. Tapi, aku memang harus pergi, kembali merumuskan diri sendiri yang masih tergeragap.
Akhirnya kutinggalkan juga beranda senja itu. Mencoba mengendalikan hidup yang penuh keterdugaan hingga masa depan kerap lepas dari pegangan. Sungguh, aku tak bisa selamanya menjelma menjadi patung yang berdiri menatap senja sempurna di beranda itu menjelang malam. Seperti katamu, aku memang harus melupakan beranda itu. Karena lupa mungkin akan membebaskanku dari pusaran tak berujung ini.
0 komentar:
Posting Komentar