TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

28 November 2008

Menikmati Malam Jahanam


Tengah malam jahanam di Kabupaten Garut. Nyaris saja aku melihat orang dipukuli di Jalan Ahmad Yani Garut Kota tidak jauh dari Kafe Cikuray, dinihari kemarin sekitar pukul 01.00 WIB. Saat itu, aku, Ukas Reks Radio, dan Agung kawan Ukas, berniat membeli nasi goreng usai menikmati alunan musik dangdut di Kafe Cikuray dan bermain biliar di Kafe Fortune. Baru saja duduk dan memesan tiga porsi nasi goreng, seorang pemuda mabuk mendatangi tempat kami makan. Dia ditemani beberapa kawan pria dan seorang perempuan. Setengah sempoyongan, pemuda itu mendekati si penjual nasi goreng yang memang sudah sering didatangi rombongan wartawan sehabis lelah menjalani aktivitas malam. Kalau tidak salah, kawan-kawan wartawan biasa memanggilnya Awan. Dalam keadaan mabuk, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Awan sambil mengumpat. Setiap kalimat umpatan, selalu diawali dan diakhiri dengan kata “Anjing”.

“Anjing, sia nu ngaranna Awan teh, anjing?” teriak pemuda mabuk itu. “Anjing, sia teh urang mana?” tandasnya lagi. Kami bertiga hanya diam menyaksikan ulah pemuda itu saat memarahi Awan. Namun, rasa kesal mulai menyelimuti perasaanku. Pasalnya, kedatangan pemuda mabuk itu, membuat Awan mengabaikan pesanan kami. Padahal, kami sudah memasuki fase kritis rasa lapar. Awan hanya terdiam. Sepertinya ia sadar dengan apa yang dihadapinya saat itu. Meladeni pemabuk pasti tak akan pernah ada habisnya. Selain itu, pemabuk yang sedang marah juga biasanya menanggalkan logika dan lebih memilih menggunakan otot. Wajah pemuda mabuk itu semakin dekat dengan wajah Awan. Tangan kanannya terus mengepal. “Anjing, aing hayang neunggeul beungeut sia anjing!!” teriaknya. Meski begitu, ia sama sekali tidak melayangkan pukulan ke wajah Awan. Sekian menit berlalu dengan kemarahan si pemuda mabuk itu, Awan tetap diam. Bahkan, dia meminta maaf jika membuat pemuda mabuk itu tersinggung. “Enggeus, hampura urang,” kata Awan.

Sepintas aku mendengar apa yang diucapkan pemuda itu kepada Awan. Persoalannya sederhana dan seputar masalah wanita. Rupanya pemuda mabuk itu tersinggung dengan sikap Awan yang dinilainya tidak menghargai wanita. Meski Awan membantahnya, pemuda itu bergeming dengan pendiriannya dan meminta Awan menjauhi wanita itu. Belakangan diketahui, wanita yang disebut-sebut pemuda itu adalah kerabatnya sendiri. “Anjing, Aing mah teu sieun lamun maehan sia oge!! Paling dipenjara 10 tahun anjing!!” pemuda itu terus melampiaskan kemarahannya tanpa menyentuh Awan. Semakin lama, perasaanku semakin kesal, karena nasi goreng yang dipesan, tak kunjung datang. Namun, sama dengan pikiran Awan, meladeni pemuda mabuk malah berujung masalah. “Kalau ada Indra (Trans TV), bakal lain ceritanya mang,” kata Ukas. Aku tersenyum. “Kalau ada yang memulai juga ceritanya bakal lain,” ujarku. Beberapa saat, pemuda itu pergi. Itu pun setelah tewan wanitanya meminta dia menghentikan ocehan. “Ingat A, jangan lagi mendekati dia (sambil menyebut nama seorang wanita). Si eta mah tidak main-main dengan ancamannya,” kata wanita itu. Awan mengangguk dan kembali menyelesaikan tugasnya menyiapkan nasi goreng untuk kami.

Tiga porsi nasi goreng sudah siap. Kami pun menyantapnya. Tiba-tiba, pemuda itu datang lagi dan menghampiri Awan. “Anjing, aing can puas hayang neunggeul beugeut sia anjing,” teriaknya lagi. Namun, lagi-lagi dia tidak melayangkan pukulan ke wajah Awan. Ah, dasar pemabuk. Tidak puas-puasnya menggangu kenikmatan kami makan. Beruntung, dua orang lelaki turun dari mobil dan meminta pemuda mabuk itu pergi. Aku tidak tahu siapa kedua lelaki itu. Yang jelas, sepertinya pemuda itu tunduk pada perintah mereka. “Siap komandan! Siap komandan!” ujarnya sambil memberi hormat. Kami tersenyum melihat tingkahnya yang tiba-tiba berubah. Bersama kawan-kawannya, pemuda itu kemudian pergi. Setelah rombongan pemuda itu pergi, Ukas berucap. “Mang, eta teh wartawan oge. Tapi “uka-uka” (tidak jelas medianya). Saya sering ningali manehna nangkring,” kata Ukas. Aku menggeleng dan kembali teringat kejadian saat oknum wartawan mengamuk di Kantor Satpol PP karena teman kencannya terjaring razia. Ah, ada-ada saja ulah wartawan “uka-uka” di Garut.

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Rida Farida, Nyaman setelah Berhijab

Di balik hijab selebritas Indonesia, tersimpan banyak cerita. Ada yang sekadar cari sensasi, tak sedikit mengejar popularitas. Namun, ti...

Standings provided by whatsthescore.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra