TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

18 Januari 2009

Meraih Mimpi Menjadi Afgan

Sudah 3 kali Sabtu, Gisavo anakku mengikuti les vokal di Purwacaraka Music Studio (PCMS) Jalan Sriwijaya. Di bawah bimbingan Oom Deni, seorang guru vokal PCMS, anakku belajar menyanyi, mulai dari olah vokal, sampai mengatur suara agar sesuai dengan nada dasar musik. Lantaran setiap Sabtu istriku bekerja mengajar keyboard di PCMS Cimahi, tugas mengantar Gisavo diserahkan kepadaku. Maka, setiap Sabtu pula sejak tanggal 3 Januari 2009, aku selalu mendengar lengkingan suara Gisavo saat berlatih menyanyi di salah satu ruangan dengan menggunakan pengeras suara, antara pukul 12.30 hingga 13.00 WIB. Logatnya yang masih cadel membuat dia sempat menjadi bahan tertawaan karyawan dan guru musik yang ada di lingkungan Kantor PCMS Sriwijaya . Bahkan, mereka pun sempat jadi ikut-ikutan cadel ketika bicara. Aku yang selalu menunggu di luar pintu masuk begitu Gisavo masuk salah satu ruangan, tertawa mendengar celotehan guru dan karyawan PCMS saat menirukan gaya cadelnya Gisavo. Hmm, ternyata keberadaan Gisavo di PCMS cukup menarik perhatian mereka. Sebab, dia satu-satunya murid vokal yang usianya belum sampai 5 tahun.

Sebetulnya keinginan Gisavo untuk mengikuti les vokal di PCMS sudah lama diutarakan. Kalau tidak salah, sekitar 3 bulan yang lalu. Saat itu, dia sempat dibawa istriku ke Kantor PCMS Jalan Sriwijaya dan melihat beberapa orang berlatih menyanyi. Dari sanalah keinginan itu muncul. Selain itu sejak usia 6 bulan, Gisavo sering sekali mendendangkan sebuah nyanyian meski tidak begitu jelas, terutama saat hendak tidur. Kemudian menginjak usia satu tahun, dia mulai berusaha mengikuti lagu yang sedang dimainkan oleh salah satu artis baik di televisi, radio, atau tape recorder. Nah, bakat meniru lagu-lagu mulai terlihat saat dia berusia 3 tahun. Hampir setiap lagu yang sedang hit saat itu dia hapal atau setidaknya bisa menyanyikannya sampai tamat. Tentu saja syair yang dinyanyikannya hanya sebatas yang dia dengar dan terkadang tidak sesuai dengan lirik sebenarnya. Tapi menghapal lagu yang baru sekali didengar untuk ukuran anak seusia dia, cukup lumayan.

Awalnya, sejumlah guru vokal menolak mengajari Gisavo menyanyi, termasuk Oom Deni. Alasannya karena dia masih terlalu kecil. Lagipula guru-guru vokal di PCMS kebanyakan sudah mematok usia minimal anak saat mengikuti les vokal yaitu lima tahun. “Umurnya masih empat tahun? Waah, nanti saja kalau sudah lima tahun ya,” kata Oom Deni saat istriku memintanya mengajari Gisavo. Namun Oom Deni tiba-tiba luluh setelah mendengarkan Gisavo menyanyi. Rupanya dia tertegun dengan gaya dan suara anakku saat melantunkan sebuah lagu karena sudah bisa menyesuaikan nada. “Tune-nya udah bagus. Ya udah, nanti aja awal Januari mulai les vokalnya. Jadwalnya disesuaikan,” kata Oom Deni kepada istriku. Gisavo pun tersenyum begitu mengetahui dia bisa berlatih vokal bersama Oom Deni.

Latihan pertama, Gisavo diminta menyanyikan lagu-lagu yang dia hapal. Kemudian, pada sesi latihan kedua, dia diminta menyanyikan 3 lagu masing-masing Tik, tik, tik bunyi hujan, cicak-cicak di dinding, dan nina bobok diiringi musik dan direkam dalam kaset kosong. Sesi latihan ketiga pada Sabtu (17/1) lalu, dia mulai mengenal nada dasar. Materi latihannya berupa menyanyi satu lagu diiringi musik yang terus naik hingga 3 oktaf. Pada oktaf yang ketiga, suaranya terdengar keras melengking. Hahaha, tampaknya Gisavo betul-betul berusaha maksimal ingin menunjukkan kemampuannya menyanyi keras-keras. Oh iya, di sesi latihan ketiga ini, dia terlambat masuk gara-gara aku sibuk mengurus mobil yang mati kabel accu-nya dicabut. Kami baru berangkat dari rumah orangtua di Karawitan sekitar pukul 12.20 WIB, atau 10 menit sebelum latihan dimulai. Aku sudah membayangkan jalan menuju PCMS Sriwijaya bakal macet. Benar saja, beberapa kali kami terjebak macet hingga akhirnya baru tiba di lokasi latihan pukul 12.45 WIB.

Sepanjang perjalanan menuju PCMS Jalan Sriwijaya beberapa kali Gisavo melontarkan pertanyaan. “Pak, Gisa kesiangan ya?” tanyanya. “Iya, makanya bapak ngebut,” jawabku sambil tetap fokus mengemudikan mobil. “Kalau kesiangan, ga apa-apa pak?” lagi-lagi Gisavo bertannya. “Ga apa-apa, nanti bapak bilang sama Oom Deni kalau kena macet di jalan,” ujarku. Begitu sampai di PCMS Jalan Sriwijaya, lagi-lagi masalah muncul. Aku tidak bisa memarkirkan mobil karena tak ada lahan parkir yang kosong. Dua kali bolak-balik melewati Kantor PCMS, Gisavo menyampaikan usul. “Pak, udah aja Gisa turun di sini, bapak cari parkir sendiri,” katanya. Kontan saja, aku menolak usulnya itu. “Nanti saja, sebentar lagi juga bapak dapat tempat parkir,” jawabku. Setengah memaksakan diri, aku berhasil mendapatkan lahan parkir, tidak jauh dari Kantor PCMS. Terburu-buru aku menyuruh Gisavo turun dari mobil dan menuntunnya memasuki PCMS. Di depan, Oom Deni sudah menunggu. Tanpa pamit dulu, Gisavo pun langsung masuk ke salah satu ruangan tempat dia berlatih. Sejauh ini, semangat Gisavo untuk mengikuti jejak Afgan memang masih tinggi. Mudah-mudahan saja dia masih terus semangat latihan vokal dan bisa ikut Idola Cilik.

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Rida Farida, Nyaman setelah Berhijab

Di balik hijab selebritas Indonesia, tersimpan banyak cerita. Ada yang sekadar cari sensasi, tak sedikit mengejar popularitas. Namun, ti...

Standings provided by whatsthescore.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra