TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

17 Mei 2009

Satu Lagu Dua Panggung (2)

Perjalanan dari Margahayu Raya menuju Karawitan sungguh terasa lama. Seperti sudah kuduga, di atas motor Gisavo mulai tertidur. Meski setiap ditanya dia selalu membantah tertidur, aku bisa melihat sorot matanya yang lelah. Di tengah perjalanan, aku kembali mengajukan satu pertanyaan. “Gisa masih mau nyanyi ga?” tanyaku. “Masih pak. Kan nanti sore, Gisa nyanyi lagi,” jawabnya semangat. Syukurlah, dalam keadaan mengantuk, anakku masih bersemangat tampil di panggung.

Kami tiba di Karawitan sekitar pukul 13.45 WIB. Turun dari motor, Gisavo langsung memburu kursi panjang di ruang tengah. “Pak, boleh ga Gisa tidur dulu. Ngantuk,” pintanya. Melihat kondisinya yang sudah lemah, aku pun mengiyakan permintaan Gisavo, meski seharusnya siang itu adalah waktu makan siangnya. Ketimbang nanti tidak bisa mentas karena mengantuk, mending mengikuti permintaannya untuk tidur. Melihat Gisavo terbaring, aku pun ikut berbaring. Namun, baru saja mata terpejam, Gisavo membangunkanku. “Pak, tidurnya nanti aja. Kita berangkat sekarang aja yuk!” ajaknya. Aku bangun lantas memperhatikan jam dinding. Wah, waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Khawatir terlambat tiba di Riau Junction, aku mengiyakan ajakan Gisavo.

Mesin Mazda silver kunyalakan. Gisavo tampak senang. Duduk di jok depan, ia menyandarkan tubuhnya. Sesekali ia bernyanyi. “Gisa bener masih mau nyanyi?” aku kembali bertanya. “Masih pak, Gisa mau ketemu sama Oom Deni,” jawabnya. Oom Deni adalah guru vokal Gisavo di Purwa Caraka Music Studio (PCMS) Jalan Sriwijaya. Seperti biasa, setiap akhir pekan Jalan Riau kerap dilanda macet. Meski begitu, kami tiba di Riau Junction lebih cepat dari waktu yang ditetapkan. Sekitar pukul 15.00 WIB, kami tiba di lokasi tersebut. “Pak, Gisa ngantuk lagi…” ucapnya begitu mobil sampai di tempat parkir. Wah, celaka. “Jangan tidur dulu Gi, nanti aja abis nyanyi. Katanya Gisa masih mau nyanyi?” aku berusaha membujuknya. Mata kanak-kanak Gisa menerawang, seperti sedang memikirkan sesuatu. Aku berdebar menunggu jawabannya. “Eh, gak jadi pak. Ngantuknya udah hilang,” jawabnya. Fiuhh, aku kembali tenang mendengar jawabannya.

Kami bergegas berjalan ke lantai II Riau Junction, tepatnya ke Toko Yogya. Di sana, tampak sebuah panggung kecil yang dipasang di pusat keramaian. Seorang staf PCMS Jalan Sriwijaya, Teh Uci terlihat menunggu di dekat panggung sambil berbincang dengan seseorang. Aku mendekatinya untuk memberitahu kedatangan kami. “Nanti, nyanyinya sekitar jam 4-an,” kata Teh Uci. Hmmm, ternyata acaranya baru dimulai sekitar pukul 16.00 WIB. Berarti aku masih harus bekerja keras membuat Gisavo tetap segar dan tidak mengantuk. Sambil menunggu acara dimulai, aku ajak Gisavo mengelilingi Riau Junction, meski lama-lama dia bosan juga. Setengah jam berlalu. Istriku tiba-tiba telepon. Ia memberi kabar akan menyusul ke Riau Junction dari PCMS Cimahi dengan menumpang ojek. “Tuh Gi, mamah barusan telepon, katanya mau dateng ke sini. Makanya Gisa jangan tidur dulu ya,” ujarku. “Iya pak, Gisa mau nunggu mamah,” jawab anakku.

Kami duduk di dekat panggung. Kebetulan, lokasi panggung berada di lingkungan mainan anak-anak. Untungnya lagi, ada satu mainan yang bebas dipakai siapa saja. Sambil menunggu pentas, anakku bermain di tempat tersebut. Istriku tiba beberapa saat sebelum Gisa naik panggung. Ia terpaksa harus merelakan uang Rp25 ribu buat bayar ojek dari Cimahi ke Riau Junction. Gisavo kebagian pentas nomor dua. Ia duduk di belakang panggung bersama siswa PCMS yang saat itu juga terpilih menyanyi di Riau Junction. Lucu juga melihat dia duduk di antara beberapa kawannya yang sudah besar. Memang, di lingkungan PCMS, anakku merupakan siswa paling kecil baik dari usia, maupun perawakan.

Waktu pentas akhirnya tiba. Lantaran siswa PCMS yang kebagian nomor 1 belum datang, Gisavo dipanggil pertama oleh pembawa acara. Dengan wajah polos, ia menaiki panggung. Penampilannya lagi-lagi menarik perhatian dua pembawa acara. Mereka sempat berceloteh, meragukan kemampuan anakku bernyayi. “Waah, kecil banget. Bisa ga ya nyanyi?” tanyanya. Saat itu, penonton masih sepi karena pengunjung sibuk berbelanja. “Mau nyanyi apa dek?” tanya pembawa acara. “Cinta untuk mama,” jawab Gisa sambil memegang pelantang dengan kedua tangannya. Musik sudah terdengar. Anakku melangkah maju. Suara kanak-kanaknya terdengar keras, membuat pengunjung Toko Yogya sejenak mengalihkan pandangannya ke arah panggung. “Apa yang kuberikan untuk mama.. untuk mama… tersayang…” begitu bait pertama lagu itu terdengar, pengunjung pun bertepuk. Ya, hari itu tugasku sebagai “manajer” tuntas sudah. Terima kasih anakku, meski lelah, kamu masih mampu menyanyikan satu lagu panjang di atas dua panggung dalam satu hari. (tamat)

Related Posts by Categories



1 komentar:

Seputar Law of Attraction mengatakan...

sukses selalu untuk pentas-pentas selanjutnya

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Rida Farida, Nyaman setelah Berhijab

Di balik hijab selebritas Indonesia, tersimpan banyak cerita. Ada yang sekadar cari sensasi, tak sedikit mengejar popularitas. Namun, ti...

Standings provided by whatsthescore.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra