TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

23 Oktober 2008

Pilkada Oh Pilkada........



Entah kenapa selama berada di Kabupaten Garut sejak akhir Mei lalu, aku betul-betul malas meliput kegiatan pemilihan kepala daerah (pilkada) Kabupaten Garut, mulai dari persiapan, hingga masa kampanye. Padahal, banyak teman-teman wartawan di Bandung yang memberiku gelar “wartawan spesialis pilkada” karena aku sering meliput pesta demokrasi lima tahunan itu. Ternyata ungkapan tersebut tidak seluruhnya benar. Terbukti, saat diminta mengawal pilkada Garut, aku seperti kehilangan gairah. Tidak seperti pilkada-pilkada sebelumnya yang aku liput, semangatku untuk memberitakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Garut seolah-olah luntur. Asisten redaktur (asred) pemegang halaman pilkada di koran tempatku bekerja saat ini bahkan sempat beberapa kali melayangkan teguran karena aku jarang menyetorkan berita pilkada Garut. Padahal dari sisi jumlah, pasangan calon yang mengikuti pilkada Kabupaten Garut cukup banyak yaitu 7 pasangan calon. Dengan jumlah sebanyak itu, pesta demokrasi di Kabupaten Garut diprediksi bakal ramai. Toh prediksi itu meleset. Selain aku sendiri betul-betul kehilangan roh liputan pilkada, sosialisasi pasangan calon sepertinya gagal. Sempat ramai saat calon wakil bupati dari independen yang juga artis sinetron, Diki Candra, mendaftarkan diri ke KPU bersama pasangannya, cabup Aceng Fikri. Setelah itu, kembali tenggelam tanpa ada yang tahu penyebabnya. Aku sempat mengungkapkan kegundahanku ini pada seorang teman liputan di Garut beberapa hari lalu.

“Mang, kunaon nya hoream teuing ngaliput pilkada Garut,” tanyaku kepada Inul, wartawan Galamedia pada suatu hari. Inul pun rupanya merasakan hal yang sama. Ia juga mengaku tak tertarik sama sekali meliput pilkada Kabupaten Garut. “Enya. Mungkin karena KPU-nya tidak begitu terbuka, dan calon juga seolah asyik sendiri tanpa melibatkan media,” jawab Inul. Jawaban Inul bisa jadi benar. Di Kabupaten Garut, KPU tampaknya tidak terlalu terbuka kepada wartawan. Jarang sekali mereka mengabarkan kegiatan lewat SMS atau telepon. Aku juga tidak terlalu dekat dengan ketua dan anggotanya, karena hanya sesekali memasuki kantor KPU. “Masyarakat juga sepertinya sudah jenuh,” kata Inul lagi. Hmmm, tampaknya jawaban kedua juga masuk akal. Tidak hanya masyarkat, aku sepertinya juga mulai merasa jenuh meliput pilkada. “Bener mang. Sigana mah masyarakat sudah jenuh, plus KPU dan calonnya yang tidak terlalu gembar-gembor. Saya ge sigana mah geus bosen ngaliput pilkada,” aku mengiyakan dan mulai memikirkan cara mengusir kejenuhan ini karena mau tidak mau, aku harus tetap meliput pilkada Kabupaten Garut. Inul tersenyum dan melanjutkan tugasnya menulis berita.

Sejak berkecimpung di dunia jurnalistik tahun 1999 lalu, aku memang kerap ditempatkan di pos liputan yang berbau politik. Saat bekerja pada sebuah tabloid di Bandung, aku gencar meliput pemilu tahun 1999 yang memunculkan 48 partai dan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi Presiden RI. Bahkan, Juli 2001 aku sempat hendak berangkat ke Jakarta meliput Sidang Istimewa MPR terkait pergantian tampuk kepemimpinan. Namun, karena sesuatu hal, aku tidak jadi berangkat dan sidang istimewa memunculkan Megawati menjadi presiden menggantikan Gus Dur. Kemudian ketika bekerja di sebuah harian lokal grup Kompas Gramedia, aku sempat diperbantukan meliput kegiatan pemilihan Gubernur Jabar yang masih dipilih oleh DPRD Jabar, tahun 2003 lalu. Hanya dua pasangan calon yang ikut bertarung dalam pesta demokrasi yang hanya melibatkan segelintir orang itu. Kedua pasangan itu adalah Danny Setiawan-Nu’man Abdul Hakim yang diusung Golkar-PPP, dan Tayo Tarmadi-Rudy Harsa Tanaya dari PKB plus-PDI Perjuangan. Berita Pilgub Jabar saat itu diblow up habis-habisan oleh koran tempat saya bekerja. Di halaman satu, setiap hari harus selalu ada berita pilgub. Bersama dua teman, aku juga harus mengisi satu halaman penuh laporan khusus (lapsus) mengenai pilgub. Pilgub Jabar 2003 yang digelar pada 13 Mei 2003 akhirnya dimenangkan pasangan Danny-Nu’man. Tugasku memberitakan pesta demokrasi itu pun usai. Berturut-turut, aku kemudian ditempatkan di Kabupaten Bandung, wilayah Timur Bandung, dan Kota Cimahi.

Awal Februari 2004, aku ditarik ke Gedung Sate dan KPU Jabar. Saat itu, aku diminta meliput persiapan pemilu legislatif Jabar plus pemilu presiden. Bersama beberapa teman, hampir setiap hari aku rajin menyambangi Kantor KPU di Jalan Garut. Tidak hanya meliput, kami juga bahkan kerap menjadikan lapangan basket di Kantor KPU sebagai tempat bermain bola. Aku juga masih ingat, malam-malam berada di Kantor KPU Jabar untuk menghitung siapa saja yang masuk calon legislatif (caleg) yang menjadi anggota DPRD Jabar bersama seorang teman. Cukup lama aku menempati pos Gedung Sate dan KPU Jabar hingga 100 anggota DPRD Jabar yang baru dilantik, Senin (30/8) bertepatan dengan tanggal kelahiran anakku. Bulan Oktober 2004, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla (JK) terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Aku masih ingat beberapa kejadian saat pasangan tersebut berkampanye di Kota Bandung sebelum terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Bagaimana aku harus bangun pagi sekadar mengikuti kegiatan SBY di Pasar Caringin bersama istrinya, atau ribut dengan pengurus Partai Demokrat yang melarang kami meliput kampanye SBY di Lapangan Gasibu hingga berbuntut pemboikotan, dan banyak lagi hal-hal yang sulit dilupakan. Ah, betul-betul saat letih yang luar biasa. Hingga bulan Mei 2005 aku bertahan di Gedung Sate dan KPU Jabar. Aku kemudian ditugaskan di wilayah III Cirebon, selama lebih dari tiga bulan.

Pertengahan Agustus 2005, masih di tahun dan koran yang sama, aku ditarik kembali ke Bandung. Lagi-lagi untuk urusan pilkada. Saat itu, aku dan seorang teman diminta mengawal pilkada Kabupaten Bandung. Sama seperti saat mengawal Pilgub Jabar 2003, kantor memberi porsi khusus untuk pesta demokrasi yang kali ini melibatkan rakyat itu. Dua pasangan calon pun ikut bertarung yaitu Obar Sobarna-Yadi Sri Mulyadi dan Dudin Sadudin-Ridho Budiman. Redaktur kemudian meminta aku meliput setiap kegiatan pasangan Obar-Yadi, sementara temanku meliput kegiatan pasangan Dudin-Ridho. Terpincut ingin mendapatkan berita ekslusif, redaktur bahkan meminta aku meliput kegiatan sahur calon Bupati Obar Sobarna dan keluarganya karena saat itu bertepatan dengan bulan ramadan. Temanku juga terpaksa meliput kegiatan sahur Dudin. Obar sendiri saat itu merupakan calon incumbent karena masih menjabat sebagai Bupati Bandung periode sebelumnya. Masih bulan ramadan, pilkada Kabupaten Bandung digelar 22 Oktober 2005 dan seperti sudah diduga sebelumnya, pasangan Obar-Yadi terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bandung periode 2005-2010. Ketidakpuasan pun muncul dari pasangan Dudin-Ridho yang berbuntut pada sidang gugatan pilkada di Pengadilan Tinggi (PT) Jabar. Hasilnya, KPU Kabupaten Bandung memenangkan sidang, dan pasangan Obar-Yadi tak tergoyahkan memimpin Kabupaten Bandung lima tahun ke depan.

Sebelum Obar-Yadi dilantik tanggal 5 Desember 2005, seorang redaktur tiba-tiba memanggilku. Ia meminta aku berangkat ke Kabupaten Cianjur, dan mengawal pilkada di sana. Sesuai surat keputusan (SK) aku diminta meliput di Cianjur mulai tanggal 1 Desember. Namun, kantor memberiku kompensasi untuk berangkat ke Cianjur setelah pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Bandung terpilih. Tanggal 6 Desember 2005, aku berangkat ke Cianjur dan langsung menemui Ketua KPU Kabupaten Cianjur saat itu, Yudi Junadi. Tidak disangka, kiprahku meliput di Kabupaten Cianjur, terutama pemilihan bupati membuat namaku sempat jadi perbincangan di wilayah penghasil beras tersebut. Bersama beberapa teman di Cianjur, aku seolah membuat sebuah komunitas wartawan baru. Hehehehe, kembali ke pilkada, saat itu, ada dua pasang calon Bupati-Wakil Bupati Cianjur yang akan bertarung, yaitu pasangan Tjetjep Muchtar Soleh-Dadang Sufianto yang diusung Partai Demokrat dan PKS, serta pasangan incumbent Wasidi Swastomo-Ade Barkah yang dicalonkan Partai Golongan Karya dan 17 partai politik lainnya. Pasangan Tjetjep-Dadang memenangkan pilkada Kabupaten Cianjur yang digelar 30 Januari 2006. Dua bulan kemudian, aku kembali ditarik ke Bandung dan kembali menempati Gedung Sate.

Karena sesuatu hal, awal Februari 2007, aku keluar dari media yang membawaku meliput tiga kali pilkada dan satu pemilu itu dan berangkat ke Bogor. Setelah dua bulan menjelahi Bogor-Depok karena aku bergabung dengan salah satu suplemen grup koran terbesar di Jawa Barat, aku bergabung dengan koran grup MNC, akhir Maret 2007. Di koran yang lahir tahun 2005 ini, aku ditempatkan di pos ploting, kejaksaan, kehakiman, dan kepolisian (kejakimpol). Entah karena pengalaman meliput beberapa pilkada, Januari 2008 kantor tempatku bekerja kemudian memindahkan posisi liputanku dari kriminal ke Gedung Sate, DPRD Jabar, dan KPU Jabar. Redaktur juga memintaku fokus meliput pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar. Tiga pasangan calon bertarung, yaitu Danny Setiawan-Iwan Sulandjana, Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim, dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf. Aku kebagian menguntit kegiatan pasangan Agum-Nu’man. Saking semangatnya meliput pilgub Jabar, aku bahkan sempat mengikuti sosialisasi cagub Agum Gumelar sebelum masa kampanye dimulai ke wilayah Jabar Selatan. Pada saat pencoblosan, Minggu (13/4) lalu, aku juga mengikuti seluruh kegiatan pasangan Agum-Nu’man, hingga dinyatakan kalah dalam pilkada. Akhirnya, Pilgub Jabar usai dan melahirkan pemimpin baru yang tidak disangka-sangka sebelumnya yaitu Ahmad Heryawan-Dede Yusuf. Tidak sampai pelantikan, akhir Mei 2008 aku ditugaskan ke Kabupaten Garut yang juga akan menggelar pilkada 26 Oktober ini. Ah, lagi-lagi aku dihadapkan pada pesta demokrasi yang membosankan. Jangan-jangan, tahun depan juga aku ditempatkan kembali di KPU Jabar untuk mengawal pemilihan legislatif dan pemilu presiden?

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Daluang Jangan Sekadar Jadi Cerita

Siang itu, Ahmad Mufid Sururi duduk bersila membelakangi jendela. Selembar daluang yang nyaris sempurna, terhampar di depannya. Sejurus kemu...

YouTube

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra