TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

22 Agustus 2008

Teman Kencan Kena Razia, Oknum Wartawan Ngamuk

Apa jadinya jika sekelompok orang yang mengaku wartawan terjaring razia penyakit masyarakat (pekat) dan teman kencannya diamankan petugas? Jawabannya ternyata berbuntut kericuhan. Inilah fakta ketika Satpol PP, Polres Garut, dan Denpom menggelar operasi pekat gabungan menjelang bulan suci ramadhan dinihari tadi. Seolah memiliki kekuatan sebagai jurnalis, seorang oknum wartawan, sebut saja A, mengamuk di depan Kantor Satpol PP Kabupaten Garut Jalan Pahlawan. Pangkal persoalannya sederhana. Ia gagal menjemput wanita teman kencannya karena tak digubris oleh anggota satpol PP. Dalam keadaan mabuk, oknum wartawan dari media tak jelas tersebut berteriak-teriak dan sempat melontarkan kalimat tantangan yang ditujukan kepada Kepala Satpol PP Kabupaten Garut, Deden Suherman.

“Den!! Hayu urang buka-bukaan jeung aing,” teriak oknum wartawan tersebut. Emosinya tak terkendali. Dia terlihat mengacung-acungkan kepalan tangan kanan. Teriakan si A kontan menyulut amarah anggota Satpol PP yang tengah beristirahat setelah lelah menggelar operasi pekat. Mereka langsung memburu oknum wartawan tersebut. Jika tak segera diamankan Kasat Samapta Polres Garut AKP Agus AW, pria itu dijamin ambruk dipukuli sejumlah anggota satpol PP. Bukannya meredam amarah setelah diamankan polisi, emosinya malah semakin menjadi-jadi. Tak urung, Agus AW yang awalnya tenang, langsung kesal dan membawa si A masuk ke kantor satpol PP. Di sana, dia dipertemukan dengan Deden yang bermaksud mengajaknya bicara baik-baik. Entah masih dalam pengaruh minuman keras atau memang emosinya masih meledak, oknum wartawan sebuah mingguan di Garut itu malah kembali menantang Deden. “Sok atuh urang buka-bukaan. Aing mah teu sieun,” ujarnya.

Deden yang awalnya menanggapi dingin ocehan si A akhirnya tersulut emosi. Bak disambar petir, pria yang usianya diperkirakan sudah di atas 50 tahun itu melayani tantangan oknum wartawan tersebut. Pintu ruangan langsung dikunci. Dari luar, terdengar suara Deden melayani tantangan pria itu. Agus AW yang berada di luar ruangan tampak panik. Ia khawatir Deden betul-betul melampiaskan amarahnya. Pintu digedor. “Pak Deden buka!! Pak Deden buka!!” teriak Agus meminta Deden membuka pintu.

Pintu terbuka. Agus lantas meminta oknum wartawan itu keluar dari ruangan Deden. Lagi-lagi si A malah marah dan menanyakan maksud Agus mencampuri urusannya. Kesabaran Agus habis. “Ai Sia teu meunang diwarah jadi jelema teh!!” kata Agus sambil melayangkan pukulan ke arah mata pria tersebut. Selama beberapa jam Kantor Satpol PP mencekam. Oknum wartawan tersebut akhirnya diamankan ke Mapolres Garut dengan kondisi mata bengkak dan kaki pincang.

Kisruh operasi pekat tersebut sebenarnya sudah terasa sejak petugas mulai bergerak memasuki kafe-kafe. Di Kafe Fortune, Indra Trans TV sempat diminta mematikan kamera oleh seorang pengunjung yang mengaku aparat kepolisian. Tasdik Elshinta agak panik menyaksikan Ahmad TVRI, adiknya, tak terlihat dan lebih banyak mengambil gambar sendirian. Selain aku, Indra, Ahmad, dan Tasdik, Deni Meungeung Indosiar serta Dedi Radar Garut juga ikut meliput operasi tersebut. Dalam operasi itu, Kapolsek Tarogong AKP Mulyadi Asep Fajar sempat berang dan memukul pria yang mengaku polisi tersebut. Hal yang sama terjadi di Kafe Cikuray Jalan Ahmad Yani. Pengunjung sempat terlihat berlarian. Beberapa orang di antaranya belakangan diketahui sebagai wartawan mingguan lokal di Garut yang sedang menikmati malam di kafe tersebut bersama wanita pasangan mereka. Aktivitas mereka saat berada di Kafe Cikuray sempat terekam kamera Indra dan Deni Meungeung.

Rupanya, kisruh berlanjut sampai Ruang Humas Pemkab Garut yang berada di depan Kantor Satpol PP. Beberapa oknum wartawan yang terekam kamera Indra dan Deni saat berada di Kafe Cikuray bersama teman kencannya mendatangi dua wartawan televisi tersebut. Mereka meminta agar rekaman di kafe tidak dikirimkan ke redaksi. “Ndra, kade bisi aya beungeut urang di kamera. Hapus nya. Maenya Indra ge pan sok ulin ka kafe,” ujar salah seorang oknum wartawan dengan nada sopan. Indra hanya terdiam. Tak putus asa, wartawan itu kembali membujuk Indra agar gambar dirinya dihapus sambil melirik ke arah tali sepatu Indra yang terlepas. “Ndra, itu tali sapatu lepas. Ku saya dipangnaliankeun nya?” bujuk wartawan itu lagi. Melihat tingkahnya yang lucu, Indra sempat tersenyum. Ia pun luluh dan menghapus rekaman tersebut. Wartawan tersebut terlihat sumringah. “Nuhun Ndra, ke ku urang digantian gambarna ku nu hade. Kantor Partai Hanura ku aing diduruk. Pokona mah, lamun jadi, Indra yang paling dulu saya kabari,” ujarnya sambil menepuk pundak Indra.

Barangkali seperti itulah kejadiannya jika oknum wartawan terjaring operasi pekat dan terekam kamera televisi. Repot dan membuat kekisruhan. Wartawan yang meliput jadi repot, satpol PP repot, dan polisi juga repot. Pokoknya, semua jadi repot dan betul-betul sibuk.

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Daluang Jangan Sekadar Jadi Cerita

Siang itu, Ahmad Mufid Sururi duduk bersila membelakangi jendela. Selembar daluang yang nyaris sempurna, terhampar di depannya. Sejurus kemu...

YouTube

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra