>Abdul Mujib atau akrab disapa Ceng Mujib barangkali seorang orator ulung. Ketua DPC PKB Garut kubu Gus Dur ini boleh dibilang sukses menyulut semangat para demonstran pendukung PKB Gus Dur yang berunjuk rasa menentang kepemimpinan DPC PKB Garut kubu Muhaimin, Ali Rohman, kemarin sore. Namun, semangatnya yang terlalu menggebu-gebu saat berorasi menggerakkan massa, rupanya membuat dia lupa bagaimana cara memegang toa yang baik. Di hadapan massa PKB Gus Dur yang berunjukrasa di depan rumah Ali Rohman, Abdul Mujib mendadak terbalik memegang toa. Moncong toa berwarna merah yang digunakan sejak awal aksi malah dipegang menghadap mulut pria berumur sekitar 28 tahun itu. Walhasil, suara lantangnya sama sekali tak terdengar massa. Tak pelak, kejadian itu membuat sejumlah massa kemudian berteriak mengingatkan Ceng Mujib agar membalikkan toa. "Kebalik! Kebalik!!" teriak massa. Dengan wajah dingin, Ceng Mujib pun membalikkan toa ke posisi semula dan kembali berorasi. "Kawan, kawan!!!!......" teriak Ceng Mujib.
Sore kemarin tampaknya memang menjadi milik PKB kubu Gus Dur. Dengan leluasa, massa yang berjumlah hampir mencapai 300 orang itu melakukan konvoi menaiki motor, 3 buah truk, dan satu buah mobil bak terbuka. Sejumlah ruas jalan di Kabupaten Garut lantas dilalui sekadar menunjukkan kekuatan massa pendukung PKB Gus Dur yang gagal mendaftarkan jagonya untuk menjadi calon bupati/wakil bupati Garut karena terbentur aturan KPU. Tak urung, aksi tersebut sempat menyedot perhatian masyarakat. Layaknya kampanye pemilu, masyarakat bersorak melihat massa melintasi ruas jalan sambil membawa bendera PKB. Sepanjang jalan, teriakan hidup Gus Dur, hidup Gus Dur, terus dikumandangkan massa. Kami yang bermaksud meliput aksi itu pun seolah-olah menjadi bagian dari massa. Abah Janur Antv, Boi TPI, dan Kemal Tribun Jabar, dan teman-teman wartawan lainnya lantas melajukan sepeda motor sambil membunyikan klakson.
Informasi mengenai rencana aksi massa PKB Garut kubu Gus Dur memang sudah terdengar sejak pukul 14.30 WIB. Saat itu, kami sedang asyik berada di Kantor PWI Garut Jalan Pembangunan untuk meliput acara silaturahmi Sekda Garut Wowo Wibowo dengan sejumlah wartawan yang berlangsung sejak pukul 14.00 WIB. Saat sesi tanya jawab berlangsung, sejumlah wartawan mulai gundah. Abah Janur terlihat gelisah. Ia berkali-kali melihat jam dan mengajak teman-teman wartawan lain segera keluar dari Kantor PWI Garut untuk meliput aksi. Hal yang sama diperlihatkan Tasdik Elshinta. Wartawan bertubuh mungil itu pun mulai sering keluar masuk ruangan tempat berlangsungnya pertemuan karena ingin segera meliput kegiatan aksi. Pertemuan dengan Wowo pun berakhir. Kami bergegas berangkat menuju Kantor DPC PKB kubu Gus Dur di Jalan Cimanuk karena khawatir massa sudah datang dan memulai aksi.
Rupanya, kantor tersebut masih kosong. Tak terlihat satu pun demonstran yang bersiap-siap melakukan aksi saat itu. Halaman Kantor DPC PKB kubu Gus Dur justru malah penuh oleh puluhan wartawan yang hendak meliput aksi. Kami sempat pesimistis aksi tersebut tidak akan berlangsung sesuai harapan. Aku sempat terlelap di ruang tamu kantor tersebut, sementara teman-teman lain terlihat asyik berbincang di teras kantor. Hari mulai sore, namun tanda-tanda aksi akan dimulai tak kunjung terlihat. Perut mulai keroncongan. Satu truk pasukan pengendali massa (dalmas) dari Polres Garut kemudian datang ke depan Kantor DPC PKB bersama Kapolsek Tarogong Kidul, AKP Mulyadi Asep Fajar. Kedatangan Kapolsek Tarogong Kidul membawa berkah bagi kami yang saat itu dilanda kelaparan. Abah Janur langsung berinisiatif mengajak kami makan melalui “Password” dari kapolsek. Berbekal “password” itulah, kami akhirnya makan sambil menunggu demo berlangsung.
Waktu terus merayap. Menjelang sore, beberapa pendukung PKB kubu Gus Dur mulai berkumpul sambil membawa bendera partai. Jumlahnya yang segelintir sempat mengecewakan kami. Dengan menaiki sepeda motor dan mobil, mereka kemudian melakukan konvoi menuju kawasan simpang lima yang kerap dijadikan lokasi demo karena tempatnya yang strategis. Saat itu, jumlah massa sangat minim, bahkan kalah dengan jumlah wartawan peliput. Mereka berorasi sambil menyebarkan selebaran ke sejumlah pengemudi melintas di kawasan simpang lima.
Meski jumlahnya sedikit, beberapa wartawan televisi tetap mengambil gambar aksi. Rasa pesimistis terus menggelayuti kami, terutama para wartawan televisi yang membutuhkan gambar bagus agar liputan tersebut bisa ditayangkan. Sekitar pukul 16.30 WIB, iring-iringan dua truk membawa massa pendukung Gus Dur mulai datang. Seolah disiram air dingin saat dahaga menyergap, wajah kami langsung berseri-seri. Dengan semangat 45, wartawan TV langsung wara-wiri berusaha mengambil gambar yang bagus. Akhirnya liputan sore itu membuahkan hasil cukup memuaskan. Aksi anarkistis pendukung PKB Gus Dur yang merusak Kantor PKB Muhaimin menarik perhatian petinggi masing-masing kantor redaksi. Tapi yang lebih menarik tentunya adalah momen ketika sang orator salah memegang toa saat berorasi.
Related Posts by Categories
0 komentar:
Posting Komentar