TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

05 Februari 2009

Selamat Tinggal Kawan.......

Awan hitam masih saja menggulung di langit Kantor Biro SINDO Jabar Jalan Aceh 62 hingga menelan sebagian bulan. Sesekali gulungannya bergerak ditiup angin kencang. Dingin menusuk pori-pori. “Sepertinya ini malam terakhir aku di sini,” pikirku sembari menatap bulan yang makin tertutup awan. Sejenak aku pergi menaiki motor. Menghela napas panjang di depan sebuah kios Jalan Lombok, tidak jauh dari kantor biro. Sebatang garam filter dinyalakan. Diisap dalam-dalam lalu asapnya dikeluarkan perlahan. Terlihat jelas membentuk huruf O karena tersorot lampu Kijang Silver yang hendak melintas di depanku. Lima menit berlalu. “Saatnya bicara,” ujarku sambil menyalakan motor Vega oranye yang sudah menjadi teman setiaku bekerja.

Kursi di belakang kantor mengajakku duduk. Tak ada lampu penerang. Aku menelepon Yogi yang berada di ruang redaksi dan memintanya datang. “Mang sibuk?” tanyaku. “Henteu mang,” sahut Yogi. “Saya hayang ngobrol. Ditunggu di kursi belakang,” jawabku. “Oke mang,” jawab Yogi lagi. Entahlah, tiba-tiba detak jantung berubah begitu saat Yogi datang memenuhi permintaanku. Saat itu, aku merasa sangat kesulitan merangkai kata. “Ada apa mang?” tanya Yogi. Ah, betul-betul saat yang sulit. Jari tanganku menjelajah mencari lagi sebatang rokok. “Mang, mulai besok saya sigana cabut. Moal aya di dieu deui,” kataku, kembali sambil menyalakan rokok. Yogi tak banyak mengeluarkan kata. Dia memilih diam, menunggu aku selesai bicara. “Di sini status saya masih belum jelas Gi, jadi mendingan mencari kesempatan di tempat baru,” aku berusaha menerangkan.

Seolah sudah terbiasa dengan ucapan itu, Yogi hanya mengangguk. Ia mengaku tak bisa melarang aku pergi di tengah kondisi kantor yang tidak pasti. Kami tak banyak bicara. “Saya teu bisa ngomong nanaon deui mang. Mudah-mudahan sukses di tempat baru. Mungkin, secara formal harus ada surat pengunduran diri,” kata Yogi datar. Sejenak aku terdiam. “Ah, sepertinya tidak perlu Gi. Kontrak saya kan sudah habis tanggal 31 Desember kemarin? Terus belum ada lagi perpanjangan kontrak,” jawabku. Yogi terdiam. Tapi dalam hati, aku tetap akan menyampaikan surat pengunduran resmi kepada kantor keesokan harinya. “Hampura mang, ini memang pilihan sulit, tapi mau bagimana lagi?” ucapku. “Teu nanaon mang. Mudah-mudahan sukses di tempat baru,” kata Yogi. “Besok semua proses administrasi akan diurus Gi,” kataku lagi. “Oke mang, ditunggu,” jawab Yogi.

Hari semakin malam dan awan hitam masih saja menggulung di langit Kantor Biro SINDO Jabar. Malam itu sebuah pertemuan kecil digelar. Ya, hanya pertemuan kecil yang terdiri dari aku, Rudini, Wisnoe, Rohmat, Kris, dan Dasir. Mereka menanyakan alasan kepergianku. Aku menjelaskan apa adanya. Wisnu terdiam. Dia tidak banyak mengeluarkan kata-kata. “Sorry kawan, aku tak pernah bermaksud meninggalkan kalian. Tapi, ketidakjelasan ini membuatku gelisah,” kataku menjawab pertanyaan mereka. “Kenapa baru cerita sekarang mang?” tanya Wisnoe. “Maaf Noe, aku akan bicara kalau sudah pasti,” sesalku. Wisnoe memaklumi. Dia hanya menyesalkan kepergian kawan-kawan yang selalu mendadak. “Kenapa semua selalu mendadak,” sesalnya. Aku merangkul Wisnoe. Setelah cukup lama berbincang, aku pun pamit. Kali ini betul-betul pamit meninggalkan mereka. Sayang, Epoy bonsai kecilku tak hadir dalam pertemuan kecil itu karena sakit. “Doakan aku kawan,” pintaku. Aku memeluk mereka satu persatu. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.45 WIB. Sepanjang jalan menuju rumah, masih terbayang wajah kawan-kawan di biro saat bergelut dengan kesibukan mengejar deadline. Ah, wajah-wajah yang selalu membuatku tertawa sedih. “Bismillah, mudah-mudahan ini jalan terbaik. Selamat tinggal kawan,” ucapku dalam hati.

Related Posts by Categories



2 komentar:

Anonim mengatakan...

"selamat jalan, kawans...

panggil aku saat amang yakin, matahari di sana lebih cerah

Unknown mengatakan...

Hidup adalah pilihan.

Semoga Kita semua selalu Dalam Lindungan Allah AWT. Amien.

Semoga Sukses.

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Rida Farida, Nyaman setelah Berhijab

Di balik hijab selebritas Indonesia, tersimpan banyak cerita. Ada yang sekadar cari sensasi, tak sedikit mengejar popularitas. Namun, ti...

Standings provided by whatsthescore.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra