TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

02 Juli 2008

Mang Aep vs wakil ketua dewan



Seorang Wakil Ketua DPRD Kabupaten Garut tiba-tiba marah-marah di depan enam wartawan, Selasa (1/7) sore. Dia tidak terima dengan pemberitaan di koran SINDO dan Tribun Jabar tentang laporan dugaan penyimpangan dana jaring aspirasi masyarakat (jaring asmara) senilai Rp72 miliar yang diduga melibatkan 20 legislator Garut. Padahal, berita itu sama sekali tidak menyebutkan satu pun anggota dewan dan hanya berkisar tentang rencana pemanggilan 20 legislator Garut tersebut oleh Polda Jabar. Entahlah, tiba-tiba Wakil ketua dewan dari dari Fraksi PDIP itu menuding wartawan terlalu mengada-ada dan membesar-besarkan kasus jaring asmara. Sementara kasus lain seperti ijazah palsu wakil bupati, tidak diungkit.

“SINDO mah nya, teu bisa diajak kompromi. Kenapa sih wartawan ini terlalu membesar-besarkan masalah jaring asmara yang kasusnya sendiri tidak jelas. Sementara kasus lainnya semacam pemalsuan ijazah saja tak pernah diungkit-ungkit. Padahal hal itu sudah jelas pelanggaran hukumnya. Di mana moral wartawan,” ujarnya dengan nada tinggi. Saat itu, wajah putihnya berubah merah. Sejumlah asistennya juga tampak menyingkir, khawatir kena semprot atasannya itu.

Aep, wartawan SK Priangan perlahan mundur dari pertemuan itu. Sementara wakil ketua dewan tersebut terus menumpahkan kekesalannya. Layaknya penyair yang tengah membaca puisi, dia terus berteriak di halaman parkir Gedung DPRD Kabupaten Garut. Aku yang kebetulan menulis berita itu di SINDO diam menyaksikan tingkahnya. Begitu pun Kemal dari Tribun Jabar dan Slamet dari radio Antares. Sementara Tasdik Elshinta serta Ukas Radio Rex, tampak terlibat perbincangan serius, sekitar 2 meter dari posisi kami.

“Saya tahu yang dijadikan sasaran pelapor terkait kasus Jaring Asmara ini adalah saya dan saya tahu pasti siapa yang menjadi pelapornya. Kasih tahu sama dia, berkelahi saja sekalian dengan saya,” teriaknya dengan nada tinggi sambil menyebutkan nama pejabat teras di Pemkab Garut. Tangan kanannya diangkat tinggi-tinggi sambil mengacungkan telunjuk. Saat itu, kami seperti mendengarkan kuliah tujuh menit (kultum) dari seorang ustad di mesjid setiap menjelang adzan Maghrib pada bulan ramadan.

Lama-lama, Aep mulai menghilang. Ia mengambil sikap mundur dari pertemuan karena merasa jengah dengan sikap wakil rakyat itu. Tinggal aku, Kemal, dan Slamet yang berada persis di hadapan pengusaha berkulit putih itu. Sementara Tasdik dan Ukas, masih terlihat serius berbincang. Perlahan, nada suaranya mulai melemah. Dia menatap kami lekat-lekat. “Saya tak akan mengomentari hal itu (rencana Polda memanggil 20 anggota dewan). Jika dikomentari hal itu akan menjadi semakin besar. Yang jelas saya tahu siapa yang ada di balik ini dan sekali lagi tolong sampaikan jika saya mengajaknya untuk berkelahi,” tandasnya.

Dia kemudian menceritakan kronologis pencairan dana jaring asmara tersebut, namun tidak untuk dikutip. Kami pun mendengarkan dengan seksama penjelasan tersebut. Kali ini, Ukas dan Tasdik sudah ikut bergabung. Karena konfirmasi dari dia sebagai pimpinan dewan cukup diperlukan, kami mencoba membujuknya agar penjelasannya bisa dikutip. Dia pun luluh. Seluruh penjelasannya kemudian dikutip. Nada bicaranya pun terdengar lebih santai ketimbang saat berteriak-teriak tak karuan. Keterangan dari dia sudah terangkum semua. Kami pun berencana pamit. Tiba-tiba, dia menghampiri kami lebih dekat. “Hampura nya tadi. Bukan bermaksud marah. Maklum, masih darah muda. Tadi mah, saya ngan ngaluarkeun unek-unek. Soalna, saya keur aya hajatan rek nyalon (jadi Garut I),” ujarnya sambil menyalami kami.

Kami pun pamit dan berjalan menuju ruang Humas Pemkab Garut, tidak jauh dari halaman parkir gedung dewan. Begitu sampai di ruang humas, Aep sudah ada di depan komputer. “Aing mah keuheul. Ngambek mamawa profesi. Mending indit we, dari pada keuheul. Kumaha akhirna?” tanya Aep. Aku lantas menceritakan akhir pertemuan kami. “Dia sudah minta maaf, karena marah-marah kepada wartawan,” ujarku menceritakan akhir pertemuan.

Tampaknya kekesalan Aep masih belum mereda. Dia tetap berniat menuliskan kemarahan wakil ketua dewan itu untuk diterbitkan di SK Priangan. “Ah, aing mah dek ditulis we. Da teu nyaho geus menta maaf. Aing mah nyahona manehna nyarekan urang-urang we,” ujar Aep. Niat Aep tidak main-main. Dia menuliskan judul “Tantang Pelapor Berkelahi. Ditanya Kasus Jaring Asmara, Wakil Ketua DPRD Berang”. Isi tulisannya pun menceritakan kemarahan wakil ketua dewan itu. Bahkan, perkataan menantang berkelahi salah seorang pejabat teras di Garut juga dikutipnya.

Benar saja. Keesokan harinya, di SK Priangan halaman 4, berita Aep muncul. Foto wakil ketua dewan itu juga terpasang, termasuk kutipannya saat menantang salah satu pejabat teras di Garut.
Hahaha, luar biasa Mang Aep… !!

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Rida Farida, Nyaman setelah Berhijab

Di balik hijab selebritas Indonesia, tersimpan banyak cerita. Ada yang sekadar cari sensasi, tak sedikit mengejar popularitas. Namun, ti...

Standings provided by whatsthescore.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra