“SINDO mah nya, teu bisa diajak kompromi. Kenapa sih wartawan ini terlalu membesar-besarkan masalah jaring
Aep, wartawan SK Priangan perlahan mundur dari pertemuan itu. Sementara wakil ketua dewan tersebut terus menumpahkan kekesalannya. Layaknya penyair yang tengah membaca puisi, dia terus berteriak di halaman parkir Gedung DPRD Kabupaten Garut. Aku yang kebetulan menulis berita itu di SINDO diam menyaksikan tingkahnya. Begitu pun Kemal dari Tribun Jabar dan Slamet dari radio Antares. Sementara Tasdik Elshinta serta Ukas Radio Rex, tampak terlibat perbincangan serius, sekitar 2 meter dari posisi kami.
“Saya tahu yang dijadikan sasaran pelapor terkait kasus Jaring Asmara ini adalah saya dan saya tahu pasti siapa yang menjadi pelapornya. Kasih tahu sama dia, berkelahi saja sekalian dengan saya,” teriaknya dengan nada tinggi sambil menyebutkan nama pejabat teras di Pemkab Garut. Tangan kanannya diangkat tinggi-tinggi sambil mengacungkan telunjuk. Saat itu, kami seperti mendengarkan kuliah tujuh menit (kultum) dari seorang ustad di mesjid setiap menjelang adzan Maghrib pada bulan ramadan.
Lama-lama, Aep mulai menghilang. Ia mengambil sikap mundur dari pertemuan karena merasa jengah dengan sikap wakil rakyat itu. Tinggal aku, Kemal, dan Slamet yang berada persis di hadapan pengusaha berkulit putih itu. Sementara Tasdik dan Ukas, masih terlihat serius berbincang. Perlahan, nada suaranya mulai melemah. Dia menatap kami lekat-lekat. “Saya tak akan mengomentari hal itu (rencana Polda memanggil 20 anggota dewan). Jika dikomentari hal itu akan menjadi semakin besar. Yang jelas saya tahu siapa yang ada di balik ini dan sekali lagi tolong sampaikan jika saya mengajaknya untuk berkelahi,” tandasnya.
Dia kemudian menceritakan kronologis pencairan dana jaring
Kami pun pamit dan berjalan menuju ruang Humas Pemkab Garut, tidak jauh dari halaman parkir gedung dewan. Begitu sampai di ruang humas, Aep sudah ada di depan komputer. “Aing mah keuheul. Ngambek mamawa profesi. Mending indit we, dari pada keuheul. Kumaha akhirna?” tanya Aep. Aku lantas menceritakan akhir pertemuan kami. “Dia sudah minta maaf, karena marah-marah kepada wartawan,” ujarku menceritakan akhir pertemuan.
Tampaknya kekesalan Aep masih belum mereda. Dia tetap berniat menuliskan kemarahan wakil ketua dewan itu untuk diterbitkan di SK Priangan. “Ah, aing mah dek ditulis we. Da teu nyaho geus menta maaf. Aing mah nyahona manehna nyarekan urang-urang we,” ujar Aep. Niat Aep tidak main-main. Dia menuliskan judul “Tantang Pelapor Berkelahi. Ditanya Kasus Jaring
Benar saja. Keesokan harinya, di SK Priangan halaman 4, berita Aep muncul. Foto wakil ketua dewan itu juga terpasang, termasuk kutipannya saat menantang salah satu pejabat teras di Garut. Hahaha, luar biasa Mang Aep… !!
02 Juli 2008
Mang Aep vs wakil ketua dewan
Label: berita
0 komentar:
Posting Komentar