TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KOMENTAR TERBARU

28 Januari 2006

Aksi Jahit Mulut Jajang Berakhir (1)

CIANJUR, TRIBUN – Berakhir sudah aksi jahit mulut yang dilakukan Jajang Suparman (38) di Posko Selamatkan Rakyat Indonesia (SRI) Jalan Diponegoro, Jakarta . Warga Kampung Bobojong Desa Tanjungsari Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur ini terpaksa harus pulang, Sabtu (28/1), lantaran kondisi tubuhnya mulai melemah.

Kondisi tubuh Jajang mulai melemah sejak Kamis (26/1). Saat itu, sekitar pukul 06.30, suami dari Ijah Khadijah (44) ini tiba-tiba pingsan di kamar mandi. Sejak saat itulah, bapak empat anak ini mengalami koma, dan dilarikan ke Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta. Hasil pemeriksaan dokter, Jajang menderita glukosa rendah, tensi rendah, dan jantung melemah.

Jajang adalah salah satu warga korban Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Jawa Barat yang menuntut pihak PLN pusat dengan cara melakukan aksi jahit mulut di Posko Selamatkan Rakyat Indonesia (SRI). Selain Jajang, beberapa warga lainnya di Jawa Barat juga melakukan aksi serupa. Jajang sendiri melakukan aksinya sejak 29 Desember 2005, menyusul rekan-rekan lainnya.

Aksi jahit mulut tersebut dilakukan sebagai bentuk protes kepada pihak pemerintah dan PLN, yang belum memberikan ganti rugi tanah mereka akibat terimbas SUTET. Selama satu bulan, mereka sama sekali tidak berbicara, dan tidak mendapat asupan makanan apa pun. Satu-satunya cara berkomunikasi yang dilakukan adalah dengan menulis di secarik kertas.

“Sebetulnya Jajang tidak mau pulang dan ingin meneruskan aksi jahit mulutnya sampai titik darah penghabisan. Namun, keluarganya meminta Jajang pulang. Akhirnya, tadi sekitar pukul 20.00, Jajang dibawa pulang dari RS PGI Cikini oleh sejumlah kerabat dan anak-anaknya,” kata salah seorang anggota Presidium Ikatan Korban Keluarga SUTET Kabupaten Cianjur, Dedi Mulyadi, kepada wartawan, Sabtu (28/1) malam.

Beberapa jam sebelum Jajang tiba di rumah, sejumlah kerabat dan tetangganya menunggu dengan perasaan cemas. Hujan deras yang mengguyur kawasan Kampung Bobojong, tak menyurutkan semangat warga menyambut kedatangan Jajang. Bagi mereka Jajang adalah pahlawan korban SUTET.

“Kami sama sekali tidak tahu kepergian Jajang, jadi tidak bisa memberikan keterangan apa-apa. Justru saya tahu Jajang ada di Jakarta dan melakukan aksi jahit mulut dari televisi. Begitu mengetahui kondisi Jajang yang memprihatinkan, kami langsung kaget dan tidak menyangka Jajang berbuat senekat itu,” kata Juariah (50), kakak tertua Jajang, kepada wartawan.

Sekitar pukul 23.00, Jajang tiba di rumah. Ia diangkut dari RS PGI Cikini Jakarta dengan menggunakan mobil ambulans Nopol B 1679 HQ sekitar pukul 20.00. Turut serta bersama Jajang di mobil ambulans, Esih (41) adik iparnya serta beberapa kerabatnya. Sementara di belakang mobil ambulans, tampak sebuah mobil Carry yang membawa anak-anak Jajang.

Ijah Khadijah (44), istri Jajang hingga saat ini belum mengetahui aksi jahit mulut yang dilakukan suaminya. Sejak 9 bulan yang lalu, Ijah bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). Sejumlah kerabat Jajang pun mengaku tidak akan memberitahukan aksi yang dilakukan Jajang, kepada istrinya.

“Jajang itu pergi tanpa sepengetahuan istrinya. Soalnya saat itu, istrinya tidak ada di rumah karena tengah bekerja di Malaysia sebagai TKW. Kami masih bingung kalau istri Jajang pulang, apakah akan memberitahukan kondisi Jajang atau tidak. Namun, tampaknya keluarga sepakat tidak akan memberitahukan aksi Jajang kepada istrinya,” kata Anta (55), suami Juariah. (tig)

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Kabar Terpilih

Rida Farida, Nyaman setelah Berhijab

Di balik hijab selebritas Indonesia, tersimpan banyak cerita. Ada yang sekadar cari sensasi, tak sedikit mengejar popularitas. Namun, ti...

Standings provided by whatsthescore.com

 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Angga Leo Putra